Ilmu ibarat harta, dan syair Arab adalah tali pengikatnya. Dengan menghafalkan syair, kita bukan hanya menjaga ilmu agar tidak hilang, tetapi juga mempermudah diri dalam memahami dan menjelaskannya kembali.
Maka, mari kita ikat ilmu dengan syair, sebagaimana petuah ulama: “Al-‘ilmu shaydun, wal kitābah qaydun” — ilmu itu bagai buruan, dan tulisan (atau hafalan) adalah ikatannya.
Syair Syarat Laa Ilaaha Ilallaah
Sebagian ulama berpendapat bahwa Laa Ilaaha Ilallaah memiliki (8) delapan syarat, terangkum dalam dua bait syair yang terkenal (wazan bahrul-basith), yaitu:
- Ilmu, yakin, ikhlas, jujurmu disertai dengan cinta, patuh dan menerima
- Ditambah syarat yang ke-delapan, engkau kafir terhadap segala yang diibadahi selain Allah
Ada bait syair serupa dari Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami rahimahullah (wafat 1377 H) dalam manzhumah beliau, tetapi beliau menyebutkan 4 bait syair, sekaligus menjelaskan keutamaannya (wazan bahrur-rojaz).
- Dengan (7) tujuh syarat yang telah diikat, yang diambil dengan benar dari nash-nash wahyu (al-Quran-dan as-Sunnah)
- Maka tidaklah bermanfaat orang yang mengatakannya (laa ilaaha illallah) dengan lisan, kecuali menyempurnakannya
- Ilmu, yakin, menerima, terikat, pahamilah apa yang saya katakan ini
- Jujur, ikhlas, cinta, semoga Allah memberimu taufiq pada apa-apa yang Dia cintai
Syair Delapan Makhluk yang Allah Kekalkan
Ada 8 makhluk yang Allah kekalkan, dikumpulkan dalam 2 bait syair oleh as-Suyuthi rahimahullah:
- Ada delapan hal dari makhluk ini yang hukum kekekalan meliputinya, sedangkan yang lainnya akan sirna
- Yaitu Arsy, kursi, neraka, surga, ‘ajbudz dzanab (tulang ekor manusia), dan ruh. Demikian juga lauh mahfudz dan qalam (pena)